Rabu, 15 Juni 2011

PAPUAPEDIA : Predator Di Danau Sentani



Semula warga hanya tahu ikan eksotik gabus Toraja (Channa striata) yang banyak mengancamkan populasi jenis-jenis ikan Gabus asli Danau Sentani. Ikan gabus asli Danau Sentani (Oxyeleotris heterodon) sendiri, ada dua jenis tergantung ukurannya. Yang kecil seperti gabus biasa namun yang besar bisa seukuran betis kaki orang dewasa.

Ikan-ikan gabus sebesar betis orang dewasa ini dalam bahasa Sentani disebut Khahabei karena hanya dipersembahkan bagi Ondoafi dan juga kaum ibu yang baru selesai melahirkan. Ikan Khahabei ini mengandung banyak protein sehingga dianggap ikan penting dalam budaya masyarakat ditepian Danau Sentani.

Belakangan ikan-ikan asli di Danau Sentani semakin terancam punah akibat populasi ikan-ikan eksotik yang memusnahkan dan menjadi predator bagi ikan-ikan tersebut. Predator , menurut pakar lingkungan dan biologi adalah hewan-hewan atau ikan-ikan yang hidup dengan jalan menangkap dan memakan ikan lain. Biasanya hal ini bisa terjadi kalau populasi ikan-ikan endemik seperti ikan lohan dan ikan gabus Toraja yang jumlahnya semakin banyak di dalam suatu ekosistem.

Nelayan asal Kampung Putali, Luis Monim mengaku saat ini nelayan di sekitar Danau Sentani sulit mendapat ikan gabus asli Danau Sentani. Menurut Luis Monim ikan gabus Toraja (Channa striata) memakan telur-telur ikan gabus sehingga jumlah semakin terbatas.

“Waduh kitorang sekarang kalau mau cari ikan gabus asli Danau Sentani harus menyelam sampai dalam baru bisa dapat. Itupun kalau mujur,” papar Luis Monim kepada Jubi di Pasar Sentani, Jumat (20/5).

Dia menambahkan bukan hanya ikan gabus Toraja saja yang memakan telur ikan gabus asli Danau Sentani tetapi ikan Lohan pun ikut memangsa telur-telur ikan. “Jadi ikan lohan dan ikan gabus Toraja yang memakan telur-telur ikan gabus asli Danau Sentani,” papar Luis Monim. Cilakanya lagi, lanjut dia anak-anak ikan gabus asli Danau Sentani pun jadi santapan ikan Gabus Toraja dan ikan Lohan. Ikan-ikan lohan juga memakan makhluk hidup seperti jangkrik, ikan-ikan kecil, udang, sehingga termasuk pemangsa makluk hidup lainnya.

Peneliti ikan jenis air tawar di Danau Sentani dari Fakultas MIPA, Jurusan Biologi Universitas Cenderawasih (Uncen) Henderita Loisa Ohee mengatakan diduga ada sebanyak 15 jenis ikan air tawar yang diintroduksi ke dalam Danau Sentani. Dia juga mengakui masuknya jenis ikan-ikan baru seperti Gabus Toraja sebagai penyebab punahnya ikan-ikan jenis asli di Danau Sentani termasuk Khahabei, ikan gabus asli Danau Sentani (Oxyeleotris heterodon). Selain faktor masuknya jenis ikan baru atau eksotik menurut Henny Ohee, kandidat Doktor dari Unibersitas Gottingen Jerman ini perubahan suhu air tawar dan sedimentasi Danau Sentani juga mengancam populasi ikan-ikan pelangi asli Danau Sentani (Chilatherina sentaniensis).

Senada dengan Henny, Lindon Pangkali aktivis Lingkungan Hidup dan Koordinator Advokasi Lingkungan Hidup Foker LSM Papua mengatakan aktivitas perlindungan lingkungan masyarakat lokal juga sudah jarang dilakukan. Padahal jaman dulu orang Sentani mengenal tradisi sasi yang dalam bahasa setempat disebut Burekheng. Tradisi Burekheng ini hampir mirip dengan Sasisen dalam kebudayaan masyarakat Biak Numfor dan juga Tiyatiki di masyarakat Depapre Kabupaten Jayapura. “Konservasi tradisional model Burekheng dilakukan oleh setiap klen atau keret,” papar Pangkali, seraya menambahkan mula-mula dipatok kayu-kayu yang berbentuk lingkaran di dalam Danau Sentani. Dalam patok kayu berbentuk lingkaran seperti sero dan memasukan batang-batang sagu serta pelepah dan daun-daun. Dalam sero berbentuk lingkaran ini dibiarkan selang beberapa lama dan akan dipanen sesuai jadwal yang telah disepakati.”Sayangnya tradisi ini sudah jarang dilakukan kemungkinan besar karena populasi ikan yang berkurang sehingga sudah tidak lagi dilakukan,”papar Pangkali.

Namun yang jelas Pangkali mengkritisi kebijakan pemerintah memasukan jenis ikan-ikan baru di dalam Danau Sentani. “Mestinya harus ada penelitian dan pengkajian yang mendalam agar terdapat keseimbangan antara ikan-ikan jenis asli dan juga jenis eksotis dari luar Papua,” papar Pangkali.

Memang harus diakui bahwa berbagai problem mengancam keberlanjutan budidaya ikan endemik dan kelestariannya di Indonesia termasuk di Provinsi Papua khususnya di Danau Sentani karena ekspoitasi yang berlebihan. Selain itu juga faktor, introduksi ikan-ikan jenis lain yang bersifat predator dan kompetitor. Kasus introduksi ikan gabus toraja (Channa striata) di Danau Sentani, mengancam ikan gabus asli Danau Sentani. Hal serupa juga terjadi di Danau Poso dan Malili di Sulawesi Tengah.
Begitupula ancaman kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan pertanian dan pembabatan hutan. Akibat kegiatan pertanian yang menggunakan pupuk anorganik, limpasannya masuk ke sungai dan danau, sehingga mencemari dan merusak habitat ikan endemik.

Hal serupa akan terjadi akibat pembabatan hutan di hulu sungai, tepi danau dan daerah tangkapan air. Proses sedimentasi yang disebabkan oleh limpasan lumpur dari aktivitas pertanian di tepi danau menyebabkan danau semakin dangkal. Juga, pembabatan hutan di hulu menyebabkan sungai mengalami pendangkalan. Otomatis proses sedimentasi yang semakin bertambah setiap tahunnya mengancam hilangnya habitat ikan endemik.

Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan juga bisa menjadi penyebab hilangnya jenis-jenis ikan endemik dan proses ovulasi ikan di daerah ini. Penyediaan pakan ikan budidaya juga mengancam kelestarian ikan endemik seperti pembuatan pakan ikan dengan memakai ikan-ikan kecil di lokasi Tanjung Hobai Danau Sentani. Pengembangan budidaya keramba mengancam ikan endemik Danau Sentani karena pakannya diambil dari ikan-ikan kecil di danau ini.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants for single moms